Nusantara, kepulauan yang membentang dari Sabang hingga Merauke dengan segala macam keragaman dan kemajemukan budayanya senantiasa memberikan kita banyak kejutan di setiap jengkalnya! Ya, dalam perjalanan kali ini, aku menginjakkan kaki ku di Klaten, Jawa Tengah, dan aku menemukan harmonisasi dua agama melalui Candi Plaosan, yang masih kokoh berdiri hingga sekarang!
Minggu lalu aku menyambangi Komplek Candi Plaosan Lor, yang berada di Dusun Plaosan, Desa Bugisan, Kab. Klaten, Jawa Tengah. Candi ini memang berada di wilayah perbatasan antara Jogja dan Klaten, dan banyak yang mengira kalau candi ini berada di Jogja. Candi Plaosan ini, telah berdiri sejak abad ke-9 pada zaman Mataram Kuno dan aku bisa menapaki bangunan serta sejarahnya di abad ke-21 ini. Konon ceritanya, Candi ini menyimpan kisah cinta antara Umat Hindu dan Buddha pada masa Dinasti Syailendra.
Candi Utama di sisi Utara |
Candi Utama sisi Selatan |
Candi ini mengisahkan kisah cinta Rakai Pikatan Mpu Manupu, yang beragama Hindu, dan Sri Primodhawardhani, yang beragama Buddha. Ketika kita mengitari Candi Plaosan, kita pun akan menemukan relief laki-laki dan perempuan yang terpahat di sepanjang dinding. Relief laki-laki, mengisahkan kekaguman dan kecintaan Sri Primodhawardhani kepada sang suami, pun sebaliknya, relief perempuan menunjukkan cinta kasih Rakai Pikatan Mpu Manupu kepada sang istri.
Relief Laki-laki (kiri) dan Relief Perempuan (kanan)
Dari kisah-kisah yang ku dengar dan ku baca, pernikahan antara Rakai Pikatan Mpu Manupu dan Sri Primodhawardhani pada awalnya adalah pernikahan politik yang telah diatur oleh Samaratungga, Ayahanda Sri Primodhawardhani, untuk mengharmoniskan kembali Wangsa Syailendra dan Wangsa Sanjaya yang bersaing sengit dalam menjalankan pemerintahan kerajaan Mataram Kuno pada masa itu. Pernikahan politik yang diatur sedemikian rupa pun, akhirnya tetap menumbuhkan benih-benih cinta antara Rakai Pikatan dan Sri Primodhawardhani.
Karena pernikahan dan cinta ini pun, kehidupan agama Hindu-Buddha berjalan secara harmonis!
Jujur, kisah ini membuat ku teringat dengan batik truntum yang digoreskan oleh Kanjeng Ratu Kencana sebagai tanda penantian dan kisah cintanya yang tulus murni kepada sang suami, Sunan Pakubuwana III Surakarta Hadiningrat, pada abad ke-18 silam. Goresan bintang dan bunga tanjung dalam kanvas langit malam menjadi simbol romantika cinta antara dua insan manusia, bahkan hingga sekarang. Sungguh, budaya tradisi di Nusantara, khususnya di Jawa Tengah ini menunjukkan kisah romantismenya secara elegan!
Komplek Candi Plaosan ini terdiri dari Candi Plaosan Lor (Utara) dan Candi Plaosan Kidul (Selatan). Jarak yang memisahkan dua gugus candi ini sekitar 40 meter. Karena bentuknya yang hampir mirip, Candi Plaosan Lor dan Kidul ini kerap kali dinamai Candi Kembar. Komplek Candi Plaosan ini pun tak jauh jaraknya dengan Candi Prambanan dan Candi Sewu. Candi ini menjadi Candi Budhha yang berdiri megah di tengah-tengah rumpun Candi Hindu. Arsitekturnya pun menunjukan perpaduan gaya dari Hindu dan Buddha.
Ketika kita berkeliling ke sekitar Komplek Candi Plaosan, selain menemukan Candi Utama kita pun akan kerap kali menemui jajaran candi pendamping, disebut juga sebagai Candi Perwara serta Stupa Perwara (Stupa Pendamping). Candi-candi ini ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan candi utama. Pada masa dahulu, tentu candi dan stupa perwara ini memiliki fungsi tersendiri. Informasi yang kutangkap dari pemandu kami pun, Candi Plaosan ini adalah tempat untuk menyimpan teks-teks kanonik milik para Pendeta Buddha.
Jajaran Candi Pendamping |
Jengkal demi jengkal komplek candi ini kususuri dan ketika memasuki bagian dalam Candi Utama di sisi utara aku menemukan tempat ini. Sebuah tempat yang mungkin pada masanya dijadikan sebagai tempat beribadah? Aku mengira demikian, karena adanya dua patung yang duduk tegap di atas balai batu yang menghadap ke arah pengunjung. Sayangnya kedua patung ini telah kehilangan kepalanya, entah karena rusak atau pun hilang.
Satu komplek candi yang dikunjungi menceritakan beragam kisah dan sejarah yang menarik! Kini, candi menjadi salah satu destinasi yang menarik perhatianku. Perjalananku kali ini mengunjungi Jawa Tengah memberikan cerita dan kesan yang sungguh menarik! Semoga kamu pun tertarik bertandang kemari dan merasakan perjalanan romantika kehidupan masa silam yang mungkin menyerupai kisah cinta mu?
Akhirnya aku telah menyusuri kisah romantika masa silam dengan balutan isu-isu budaya, agama dan politik di Candi Plaosan. Setelah ini, ayo merangkai romantika kisah kita sendiri di masa depan :) |
[Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah]
No comments
your comment awaiting moderation